Tak perlu perluasan kebun karet
Gabungan
Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menyatakan tidak perlu ada penambahan
lahan perkebunan karet baru, karena luas lahan yang ada saat ini 3,45 juta
hektare sudah mencukupi dan hanya perlu meningkatkan produktivitas tanaman
tersebut.
"Tidak perlu lahan baru, karena untuk
mengatur stabilitas harga. Jadi, untuk revitalisasi yang dilakukan pemerintah
untuk new planting [penanaman pohon baru), peremajaan pohon karet,"
ujarnya saat Konferensi Pers Perkem-bangan Karet 2010 dan Prediksi 2011, hari
ini.
Dia
berpendapat untuk melakukan revitalisasi perkebunan karet, pemerintah harus
serius menyiapkan program dan dana, karena hingga saat ini program tersebut
belum mulai berjalan.
Salah
satu persoalan karet saat ini, kata dia, masih rendahnya produktivitas yang
hanya sekitar 840 kg per ha per tahun, sedangkan produktivitas di Thailand
mencapai 1.500 kg/ha/tahun.
Dia
optimistis produktivitas karet domestik dapat ditingkatkan menjadi 1.500 kg per
ha per tahun selama 5 tahun ke depan.
Asril
memperkirakan Indonesia akan menjadi produsen terbesar karet di dunia pada 2020
tanpa melakukan penambahan lahan perke-bunan, tetapi dilakukan melalui
peremajaan pohon karet menjadi sekitar 6 juta ton.
Berdasarkan
data IRSG, produksi karet alam Indonesia padatahun ini sekitar 2,94 juta ton
naik sebesar 8,88% atau 237.000 ton dibandingkan dengan tahun lalu 2,70 juta
ton.
Perkebunan
karet rakyat mencapai 2,94 juta ha atau 85,22% dari total kebun karet di dalam
negeri, sisanya perkebunan besar nasional 239.000 ha, perkebunan besar swasta
276.000 ha.
Selain
masalah produktivitas, menurut Asril, infrastruktur menjadi kendala pelaku
usaha di sektor karet seperti jalan di pedalaman yang jelek, sehingga menjadi
beban industri. Selain itu, kondisi pelabuhan menjadi penghambat ekspor karet,
karena ha-rus menunggu lama.
Dia
menambahkan tingginya suku bunga yang lebih dari 11% juga memberatkan industri,
berbeda dengan bunga bank di negara lain yang hanya sekitar 6%.
Upaya
lain yang harus diubah untuk meningkatkan ekspor dan produksi karet, kata dia,
memperbaiki kebiasaan petani memaksakan penyadapan karet sebanyak-banyaknya
pada saat harga karet tinggi hingga menyebabkan usia pohon jadi berkurang.
"Seharusnya
saat harga karet tinggi, petani memperbaiki kualitas pohon atau peremajaan.
sumber: gapkindo.org
Comments
Post a Comment