Pentingnya Pemupukan Tanaman Karet




Tingginya harga minyak dunia yang melebihi level 100 US$/barel, turut mempengaruhi harga karet alam dunia. Sejak tahun 2006 harga karet jenis SIR 20 berada di kisaran 2-3 US$/kg. Moment yang sangat baik ini tentunya harus dimanfaatkan oleh planters untuk meningkatkan produksi tanaman karet agar dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Peningkatan produksi pada tanaman karet tentunya harus dibarengi dengan perhatian pada kesehatan tanaman.
Tanaman yang sehat cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit serta stabilitas produksi lateks terus terjaga. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman adalah dengan pemupukan. Saat ini di kalangan planters banyak yang berpendapat bahwa tanaman karet yang sudah menghasilkan tidak perlu di pupuk karena tanaman sudah mendapatkan nutrisi dari daun-daun yang gugur. Padahal daun-daun yang gugur hanya merupakan salah satu proses pengembalian hara ke dalam tanah bukan merupakan proses penambahan hara ke dalam tanah. Di sisi lain banyak planters justru sangat menganjurkan pemupukan tanaman karet menghasilkan. Dalam paper ini akan dikemukakan penting tidaknya pemupukan pada tanaman karet ditinjau dari segi ilmiah.

EKSISTENSI HARA DALAM TANAH
Eksistensi hara dalam tanah sangat erat kaitannya dengan daur hara yang terjadi di dalam tanah. Hara dari dalam tanah berasal dari pelapukan mineral batuan dan berasal dari dekomposisi bahan organik baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Di areal perkebunan karet hara yang ada dalam tanah diserap dalam bentuk ion oleh tanaman karet dan terakumulasi atau terimmobilisasi sebagai penyusun jaringan tubuhnya. Immobilisasi artinya hara berada dalam tubuh tanaman tetapi pada suatu waktu dapat kembali lagi ke tanah apabila tanaman tersebut terdekomposisi. Hara yang terdekomposisi termasuk ke dalam faktor kehilangan hara. Tanaman karet yang berumur 190 bulan dengan kerapatan 335 tegakan/ha di dalam jaringan tubuhnya terakumulasi hara yang setara dengan 1426,1 kg Urea, 372,2 kg SP 36, 1456,7 kg MoP dan 551,9 Kg Kieserite. Akumulasi hara juga terjadi di dalam tanaman kacangan penutup tanah (LCC). Besarnya hara yang terakumlulasi sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur kacangan penutup tanah. Dalam suatu areal tanaman karet berumur tiga tahun yang menggunakan LCC (Mucuna bracteata) maka besarnya hara yang terakumulasi adalah setara dengan 545,62 kg Urea, 59,71 RP, 1464 kg MoP dan 49,5 kg Kieserite.
Selain terakumulasi hara dalam tanah juga mengalami kehilangan melalui 1)leaching dan erosi, 2)volatilisasi, 3) terangkut bersama hasil panen. Besarnya hara yang terangkut bersama panen untuk setiap 1000 kg karet kering adalah setara dengan 20.4 kg Urea, 6.4 kg SP 36, 13.8 kg MoP dan 6.3 kg Kieserite. Berkembangnya teknologi pemuliaan tanaman karet untuk menghasilkan tanaman dengan produktivitas yang tinggi serta berkembangnya teknologi stimulansia, kehilangan hara diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan produksi tanaman. Disamping kehilangan hara akibat proses-proses diatas, proses penambahan hara ke dalam tanah juga terjadi baik secara alamiah maupun melalui campur tangan manusia. Penambahan hara ke dalam tanah terjadi melalui ;
1) Dekomposisi bagian tanaman yang sudah mati. Hara yang terimobilisasi dalam daun dan ranting tanaman karet yang gugur serta hara yang terimmobilisasi dalam seresah tanaman penutup tanah akan kembali lagi ke dalam tanah tetapi harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu. Seresah yang terdekomposisi akan melepaskan berbagai jenis unsur hara ke dalam tanah walaupun jumlahnya sedikit. Besarnya unsur hara yang dikembalikan ke dalam tanah yang berasal dari guguran daun karet adalah setara dengan 91.3 kg Urea, 11.1 Kg SP 36, 30,7 MoP dan 53,0 Kieserite.
2) Pengembalian hara melalui pencucian daun, di setiap kejadian hujan. Terdapat pengembalian hara ke dalam tanah yang berasal dari hara yang menempel di permukaan daun karet dan tercuci bersama air hujan yang jatuh walaupun jumlahnya sangat sedikit.
3) Fiksasi Nitrogen, proses ini terjadi terutama pada tanaman karet TBM dimana penutup tanah legume tumbuh dengan cepat, fiksasi nitrogen oleh simbiosis bakteri (genus Rhizobium) dalam bintil akar penutup tanah. N atmosfer dapat juga difiksasi oleh bakteri non simbiotik seperti Azotobacter dan Clostridium.
4) Penambatan hara dari debu dan hujan. Penambahan hara yang terjadi secara alamiah umumnya sangat kecil jumlahnya. Dengan melihat kondisi di atas terlihat adanya ketidakstabilan/deficit antara kehilangan hara dan penambahan hara, apalagi pada saat replanting dimana, kayu dan tunggul karet diangkat keluar lapangan. Oleh karena itu dibutuhkan masukan hara dalam jumlah yang cukup melalui pemupukan. Jika pemupukan tidak dilakukan dikhawatirkan akan terjadi penurunan jumlah hara hara/degradasi kesuburan tanah di masa-masa yang akan datang.

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP TANAMAN
Dalam persyaratan agronomis pengusahaan tanaman karet, penambahan hara dari pupuk secara teratur, terbukti dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman dan peningkatan produksi. Respon pemupukan pada pertumbuhan lilit batang tanaman karet yang belum menghasilkan adalah sebesar 29%, Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan dapat meningkatkan produksi sebesar 15-25%.
Banyak efek yang ditimbulkan akibat tidak dilakukannya pemupukan. Dalam jangka pendek kulit tanaman akan menjadi keras/ tidak lunak seperti tanaman yang dipupuk. Kulit kayu yang keras akan berakibat pada sulitnya penyadapan sehingga pisau akan cepat tumpul dan pemakaian kulit menjadi boros. Selain itu dalam penyadapan akan menimbulkan luka kayu sehingga kulit
pulihan tidak dapat lagi diharapkan dan jaringan lateks terputus. Tanaman yang tidak dipupuk juga akan mudah terkena penyakit terutama penyakit daun karena kesehatan tanaman yang tidak terjaga. Efek jangka panjang yang ditimbulkan akibat tidak dilakukannya pemupukan berupa penurunan kesuburan tanah yang akan menyebabkan penurunan produksi.
Belakangan ini banyak produsen-produsen stimulant terutama stimulan gas masuk ke pasar Indonesia. Penggunaan stimulan pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi pemakaian tenaga penyadapan dengan cara mengurangi hari sadap. Ditinjau dari segi fisiologi tanaman, stimulan dapat meningkatkan metabolisme tanaman karet atau dengan kata lain meningkatkan
kerja sel tanaman, oleh sebab itu penggunaan stimulan tentunya harus diimbangi dengan pemupukan yang teratur, bahkan akan lebih baik apabila ditambahkan pupuk ekstra untuk mengembalikan unsur yang terambil melalui produksi lateks. Efektifitas penggunaan stimulan gas sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tanaman. Tanaman yang sehat akan memberikan respon yang baik terhadap stimulan gas begitu pula sebaliknya tanaman yang kurang sehat seperti perdaunan yang meranggas dan kekeringan alur sadap yang tinggi peningkatan produksi hanya terjadi beberapa saat setelah itu terjadi penurunan produksi yang sangat tajam akibat kekeringan alur sadap yang tinggi.
Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka, pemupukan mutlak dibutuhkan dalam budidaya tanaman karet. Pemupukan akan lebih efektif apabila dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi sangat membutuhkan hara dan dalam jumlah yang cukup. Secara ekonomi biaya yang dikeluarkan untuk pemupukan hanyalah sebagian kecil dari hasil/produksi yang akan didapat.
Dengan demikian sangatlah tidak tepat apabila timbul alasan, pemupukan tidak dilakukan karena harga pupuk yang mahal. Yang perlu diingat bahwa investasi di bidang perkebunan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga sangat penting untuk menjaga kesehatan tanaman dengan pemupukan.

sumber: Balai Pusat Penelitian Karet Sungei Putih

Comments

Popular posts from this blog

Kebutuhan Air Tanaman

Link Download E-book Gratis (Network Marketing)