Ilmu Penyakit Tumbuhan
BAB. I
PENDAHULUAN
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal,
apabila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai
dengan potensi genetik terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut
mencakup pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan
air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan;
fotosintesis dan translokasi hasilhasil
fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme
senyawa senyawa yang disintesis; reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan
untuk reproduksi. Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan
hara dan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada
pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu,
kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan
berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan
akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang
tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum
dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu
oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih
dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan
normal, maka tumbuhan menjadi sakit.
BAB. II
PENYEBAB
TANAMAN MENJADI SAKIT
Penyebab utama penyakit baik berupa
organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath).
Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang
tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan
jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab
penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia
alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar
dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma
menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Berbagai macam penyakit yang
dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma, dan tanaman tingkat
tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya interaksi yang
terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik
(fisik atau kimia). Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah
atau hancur oleh agensia penyebab penyakit. Kemapuan sel dan jaringan tersebut
melaksankaan fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun, atau
terhenti sama sekali dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau
tumbuhan mati. Jenis sel dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis
fungsi fisiologis yang mulamula dipengaruhinya.
Dapat dicontohkan sebagai berikut:
- infeksi yang terjadi pada akar (busuk akar) akan mengganggu penyerapan air dan hara dari dalam tanah.
- infeksi pada pembuluh kayu (layu vaskular atau kanker tertentu) akan mengganggu translokasi air dan hara ke tajuk tumbuhan.
- infeksi pada daun (becak daun, hawar (blight) daun dan mosaik) akan mengganggu fotosintesis.
- infeksi pada korteks (kanker pada korteks) akan mengganggu translokasi hasil fotosintesis ke bagian bawah tumbuhan.
- infeksi pada bunga akan mengganggu reproduksi
- infeksi pada buah (busuk buah) mengganggu reproduksi dan penyimpanan makanan cadangan bagi pertumbuhan baru.
Sebaliknya, terdapat golongan penyakit
dimana sel-sel yang dipengaruhi tidak menjadi lemah atau hancur, tetapi
dirangsang membelah lebih cepat (hiperplasia) atau membesar melebihi ukuran
normal (hipertropi). Sel-sel hiperplasia atau hipertropi biasanya menghasilkan
perkembangan organ-organ yang tidak berfungsi, ukurannya tidak normal,
perkembangbiakannya tidak normal, atau menghasilkan pertumbuhan melebihi normal
pada organ-organ yang terlihat normal. Sel-sel dan jaringan yang dirangsang
lebih (over stimulated) tidak hanya mengalihkan menjadi tidak tersedia bagi
jaringan normal, tetapi seringkali dengan pertumbuhan yang melebihi normal
tersebut akan merusak atau menghancurkan jaringan normal didekatnya dan
mengganggu fungsi-fungsi fisiologis tumbuhan.
Penyebab penyakit yang tidak menular
berbagai macam, antara lain pH tanah, kurang tersedianya unsur hara tertentu di
dalam tanah, kandungan air di dalam tanah, limbah serta bahan-bahan kimia yang
keluar dari industri serta dari mesin-mesin pembangkit tenaga dan sebgainya.
Bahan yang keluar dari industri dan dari mesin pembangkit tenaga inilah yang
menyebabkan polusi udara. Akibat serangan penyebab yang tidak menular biasa
terlihat secara menyeluruh atau secara sporadik tersebar seluas lahan yang
faktor penyebab yang bersangkutan. Penyebab penyakit semacam ini tidak menyebar
dari satu tanaman ke tanaman lain.
Pada penyebab penyakit yang menular,
penyakit dapat berkembang biak pada suatu pohon. Penyebab penyakit ini dapat
berkembang dan menyebar secara aktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui
tanah, pertautan akar, pertautan daun, atau menyebar secara pasif dari satu
tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin atau aliran pada permukaan
tanah, selokan atau sungai. Beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh serangga,
nematoda atau burung. Penyebab tiap macam penyakit memiliki ciri-ciri yang khas
tentang siklus hidupnya, cara bertahan hidup, faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangannya serta cara penyebarannya. Walau penyebabnya telah
diketahui, ciri-cirinya banyak yang belum diketahui, padahal pengetahuan
tentang itu diperlukan sebagai bahan untuk pengembangan cara pengendaliannya
secara efektif.
Patogen dapat menyebabkan penyakit pada
tumbuhan dengan cara sebagai berikut :
- Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk kebutuhannya.
- Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin, enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya.
- Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.
- Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak.
A.
Penyebab Penyakit Faktor Abiotik ( Lingkungan )
Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan
fisik atau kimia maka biasanya penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan
waktu, sedang kecepatan perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon,
jenis faktor penyebab penyakit serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor
penyebab tersebut dari kondisi yang cukup baik untuk perkembangan pohon yang
bersangkutan. Makin besar penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah dan
mungkin makin beratlah penyakit yang ditimbulkannya. Tiap jenis pohon
memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu untuk
pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik
atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon
yang satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian
pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon
yang semula pada umurumur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada
umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.
Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai
40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC.
Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat
prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras
akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau
organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya
(kepekaannya) terhadap suhu rendah.
Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih
cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh
suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang
lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin
kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya
berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar
matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis
bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu
jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih
tinggi disbanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan
dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah
berair, melepuh, dan keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan
permukaan buah lekuk. Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water
core) pada apel dan penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart
pada kentang.
Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah
lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan
berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan
yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda
atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada
persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan
kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi
bervariasi tergantung pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut
berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih
meluas yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti
jaring. Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak,
menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).
Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin
bertanggung jawab terhadap lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan
menjadi tidak produktif sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi
secara lokal pada jenis tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah
yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita
karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai
kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan
jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati.
Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan
banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin
karena menurunnya suplai oksigen ke akar. Kekurangan
oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres,
sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses
hidupnya membentuk substansi seperti nitrit,
yang beracun bagi tumbuhan.
Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada
pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode
pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di
dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya
penyakit yang disebut blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi
merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang.
Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat
pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang
panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti
kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal
dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila
tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam
di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam
dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya
mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang
menyebabkan kerusakan pada tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang
berupa partikel atau debu juga mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan
seperti etilen, amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan
pengaruh buruknya melewati daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil
tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik
dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen)
atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak).
B. Penyebab Penyakit Oleh factor Biotik
Sebagai
contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di sekitar patogen.
Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada pathogen yang bertahan
hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang
berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap
daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan
dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis. Unsur-unsur biotik
yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap patogen. Hal ini
disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar patogen.
Interaksi dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi jasad renik
yang menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian maka unsur-unsur
biotik lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap perkembangan penyakit pada pohon.
Tumbuhan menjadi sakit
apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh
agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit
tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua
komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk
beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat
kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen mungkin tidak mampu
menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi
kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Nampaknya komponen ketiga
juga harus terdapat untuk dapat berkembangnya penyakit. Akan tetapi,
masing-masing dari ketiga komponen tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang
luar biasa, dan apabila salah satu komponen tersebut berubah, maka akan
mempengaruhi tingkat serangan penyakit dalam individu tumbuhan atau dalam
populasi tumbuhan.
Interaksi
ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya
disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi sebanding dengan
total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit.
Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam
keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial
penyakitnya lebih besar. Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur,
bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat
fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit
pada suatu jenis pohon. Berbagai galur atau asal (isolat) suatu jenis patogen
dapat beragam keganasannya (virulensinya), tergantung pada gen yang terkandung
di dalam inti atau bahan yang bertindak sebagai inti. Mengingat susunan gen
karena berbagai proses dapat berubah, maka demikian pula virulensi pada suatu
jenis patogen dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa terjadi
karena hibridisasi, heterokariosis dan paraseksualisme. Pada bakteri dikenal
adanya konjugasi, transfusi, dan transduksi.
BAB. III
MEKANISME
PENYEBAB PENYAKIT
Patogen menyerang
tumbuhan inang dengan berbagai macam cara guna memperoleh zat makanan yang
dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang. Untuk dapat masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan
reaksi pertahanan tumbuhan inang. Dalam
menyerang tumbuhan, patogen mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan
berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh
terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang.
1.
CARA MEKANIS
Cara mekanis yang
dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu
oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel.
Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi
sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang
tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut
dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan
dinding sel.
2.
CARA KIMIA
Pengaruh patogen
terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat dari
senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang
diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya
enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia
tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang.
3.
ENZIM
Secara umum, enzim dari
patogen berperan dalam memecah struktur komponen sel inang, merusak substansi
makanan dalam sel dan merusak fungsi protoplas. Toksin berpengaruh terhadap
fungsi protoplas, merubah permeabilitas dan fungsi membran sel. Zat tumbuh
mempengaruhi fungsi hormonal sel dalam meningkatkan atau mengurangi kemampuan
membelah dan membesarnya sel. Sedang polisakarida hanya berperan pasif dalam
penyakit vaskuler yang berkaitan dengan translokasi air dalam inang dan
ada kemungkinan polisakarida bersifat toksik terhadap sel tumbuhan.
Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan
setelah kontak dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen
dengan permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari
beberapa lapisan substansi kimia.
4. TOKSIN
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan
efektif pada konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan
pada sel inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau
menghambat kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi enzimatis. Toksin
tertentu juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan defisiensi
faktor pertumbuhan esensial. Toksin
yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin.
5.
ZPT
Zat
tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain itu
etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam kehidupan
tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat tumbuh atau zat
penghambat yang sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat memproduksi
zat tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan yang ada dalam
tumbuhan, atau dapat memproduksi substansi yang merangsang atau menghambat
produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan.
BAB.
IV
INTERAKSI
PATOGEN DENGAN TANAMAN
Secara umum tumbuhan
akan memberikan respon terhadap serangan patogen dan respon tersebut akan
bertanggung jawab terhadap resistensi tanaman terhadap patogen. Akibat adanya
serangan patogen tumbuhan akan memberikan reaksi pertahanan untuk melindunginya
Tanaman akan mempertahankan diri dengan dua cara, yaitu adanya sifat-sifat
struktural pada tanaman yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan akan
menghambat patogen untuk masuk dan menyebar di dalam tanaman respon biokimia
yang berupa reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman
sehingga patogen dapat mati atau terhambat pertumbuhannya. Tanaman akan
memberikan respon terhadap patogen dengan cara-cara yang berbeda. Respon
tersebut ada yang berinteraksi dan ada yang tidak berinteraksi.
Pada kasus tertentu
terjadi hubungan yang inkompatibel antara tanaman dan patogen (tanaman adalah
resisten) atau hubungan yang kompafibel (tanaman adalah rentan). Namun
interaksi yang terjadi antara tanaman dan patogen yang menyerangnya sangatlah
kompleks dan banyak melibatkan reaksi-reaksi biokimia. Pada kondisi yang normal
tanaman adalah resisten terhadap kebanyakan mikroorganisme patogen. Hanya
relatif sedikit terdapat kombinasi hubungan patogen-inang yang terjadi.
Kejadian biokimia yang terdapat pada interaksi tanaman inang dan bukan inang
dengan suatu patogen adalah sama, tetapi intensitasnya dan bentuk penampilannya
tergantung pada kondisi lingkungan dan fisiologinya. Kombinasi antara sifat
struktural dan reaksi biokimia yang digunakan untuk pertahanan bagi tanaman
berbeda antara setiap sistim kombinasi inang-patogen. Dapat terjadi pada
hubungan inang-patogen yang sama kombinasi tersebut dapat berbeda tergantung
pada umur tumbuhan, jenis organ, jaringan tumbuhan yang diserang, keadaan hara
tumbuhan, dan kondisi cuaca.
A. STRUKTUR PENGHALANG
Sebelum
patogen dapat mencapai proses infeksi, patogen harus terlebih dahulu dapat
mengatasi penghalang yang melindungi tanaman. Umumnya virus dan bakteri masuk
ke dalam tanaman melalui luka atau dengan bantuan vektor. Cendawan patogenik
dapat masuk ke dalam tanaman melalui luka atau bagian-bagian tanaman yang
terbuka secara alamiah, seperti stomata atau secara aktif menetrasi lapisan
permukaan tanaman. Struktur penghalang ini termasuk di
dalamnya adalah dinding sel yang biasanya disusun oleh lapisan lignin, kutikel,
dan berhubungan dengan lapisan pektin dinding sel dan menutupi seluruh bagian
permukaan aerial tanaman. Unsur pokok utama adalah kutin, suatu polimer asam
hidroksifat yang tidak larutdan melekat di dalam lapisan jilin. Bagian di bawah
permukaan dari tanaman dan luka pada bagian aerial tanaman dilindungi oleh
suberin. Suberin merupakan suatu campuran polimer fenolik dan bahannya berasaf
dari lipid yang diikiat kepada karbohidrat dinding sel.
1. Lapisan Lilin
Komponen
lilin yang ada pada permukaan atas tanaman tidak berperan secara tunggal dalam
pertahanan tanaman melawan patogen. Karakter permukaan lapisan lilin yang
hidrofobik juga mekanisme pertahanan tidak langsung terhadap patogen. Telah
diketahui bahwa kelembaban adalah esensial untuk germinasi spora dan lapisan
lilin yang hidrofobik tersebut akan sangat mengurangi kelembaban pada permukaan
tanaman. Beberapa komponen yang menyusun
lilin dapat menstimulir pertumbuhan cendawan, menginduksi sintesis dan ekskresi
enzim degradatif seperti kutinase pada cendawan patogenik. Perubahan kompopsisi
lapisan lilin yang berhubungan terhadap resistensi sebagai respon terhadap
serangan patogen belum diteliti.
2. Kutin
Beberapa
cendawan patogen tanaman mengeluarkan kutinase yang merupakan suatu enzim yang
mengkatalisasi degradasi kutin. Sintesis enzim ini terinduksi oleh adanya kutin
pada tanaman. Terjadinya penghambatan yang spesifik oleh enzim ini dapat
melindungi tanaman dari infeksi cendawan. Virulensi strain Fusarium solani f,sp.
pisi yang berbeda pada tanaman pea berkorelasi dengan tingkat kutinase yang
dihasilkan pada saat perkecambahan spora. Pada konteksi ini kutin merupakan
penghalang utama pada tanaman terhadap serangan mikroorganisme fitopatogenik.
3. Suberin
Bagian
bawah dari permukaan tanaman secara aerial terbentuk periderm yang ditutupi
oleh suberin. Suberin adalah suatu campuran polimer yang tidak larut dari
unsur-unsur alifatik dan aromatik yang terikat pada dinding sel. Cendawan patogen
mampu menetrasi suberin setelah proses depolimerisasi secara enzimatik. Cairan
kultur F. Solani f.sp. pisi mengeluarkan I bagian alifatik yang sama seperti
bagian alifatik pada suberin. Dua esterase ekstraseluler telah dimurnikan dari
cendawan ini yang ditumbuhkan pada media yang mengandung suberin. Kedua
esterase tersebut mendepolimerisasi komponen alifatik dari suberin dan sangat
mirip dengan kutinase dari cendawan yang sama setelah ditumbuhkan pada media
yang mengandung kutin.
BAB. IV
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN
Setelah
dirasa bahwa usaha pemberantasan tidak mungkin untuk dilakukan, dan juga karena adanya pengaruh kata berbahasa
Inggris control maka dimulailah pemakaian
kata pengendalian yang
menunjukkan bahwa usaha
tersebut tidak bertujuan
untuk membersihkan
pengganggu dan juga
sudah mencerminkan tidak
adanya dominasi manusia. Pengendalian merupakan salah
satu fungsi terakhir dalam managemen, dan istilah ? Pengendahan Hama
dan Penyakit? menunjukkan bahwa
usaha baru dilakukan setelah terjadi
gangguan, sedangkan usaha
untuk mengurangi populasi
organisme pangganggu ke taraf yang tidak merugikan perlu diintegrasikan
dengan sistem produksi sehingga
hama ditangani secara
terus menerus sejak
perencanaan. Oleh karena
itu penggunaan kata pengendalian
dirasa kurang tepat,
sehingga pemakaian kata pengelolaan dirasa lebih sesuai karena
pengelolaan juga meliputi fungsi perencanaan.
1. Pengendalian penyakit dengan peraturan
(Undang-undang)
Peraturan
yang dimaksud di sini adalah peraturan pemerintah. Peraturan ini dimaksudkan
untuk membersihkan patogen yang barn saja masuk ke suatu wilayah baru (eradikasi)
dan usaha mencegah masuknya suatu
patogen ke suatu wilayah baru yang masih bebas patogen (karantina).
Usaha pengendalian dengan
cara eradikasi perlu
dilakukan secara masal oleh
semua penanam, dan
yang harus dimusnahkan
bukan hanya tanaman
yang sudah menunjukkan
gejala akan tetapi
juga tanaman yang
belum menunjukkan gejala, bahkan tumbuhan lain yang diduga merupakan
inang altenatif bagi patoge Tanpa peraturan
yang tegas usaha
ini tidak akan
berhasil karena adanya keengganan bagi penanam untuk
membongkar tanamannya, apalagi bila tanaman tersebut tidak menunjukkan gejala
sakit. Eradikasi hanya
dapat diterapkan pada penyakit-penyakit yang
meluas dengan lambat,
sedangkan untuk penyakit
yang bersifat air borne yang dipencarkan oleh udara teknik ini tidak
dapat dilaksanakan. Istilah karantina (quarantine)
berasal dari kata
quaranta yang berarti? empat puluh?,
karena dulu jika
ada kapal yang
membawa penumpang yang berpenyakit menular,
kapal itu harus
menunggu selama empat
puluh hari di pelabuhan, dan setelah
jangka waktu itu orang-orang yang
masih hidup dianggap telah bebas dan
penyakit dan diizinkan
turun ke darat.
Karantina tumbuhan bertujuan untuk mencegah pemasukan dan penyebaran hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan undang-undang, sehingga terutama hanya akan berguna bagi penyakit yang disebarkan lewat perdagangan. Yang dimaksud dengan tumbuhan (plant) di sini adalah semua atau bagian tumbuhan hidup termasuk di dalamnya biji, dan yang dimaksud dengan hasil tumbuhan (plant product) adalah bahan mentah atau bahan yang telah diolah yang berasal dan tumbuhan, bahkan beberapa negara memasukkan semua faktor yang memungkinkan untuk dipergunakan oleh hama dan penyakit sebagai medium tumbuh ataupun yang mungkin mengalami kontaminasi oleh parasit-parasit, misalnya pembungkus, kompos, tanah, dan lain-lain. Pada umumnya penularan jarak jauh yang efektif dilakukan oleh manusia, baik secara tidak disengaja maupun terbawa bersama dengan bahan tanaman yang dibawa. Sehubungan dengan semakin majunya sistem transportasi, dengan mudah manusia dapat mengangkut bahan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu yang relatif singkat, sehingga bahaya pemasukan organisme pengganggu menjadi lebih besar, dan pemeriksaan kesehatan tumbuhan tidak dapat dilakukan dengan teliti.
Karantina tumbuhan bertujuan untuk mencegah pemasukan dan penyebaran hama dan penyakit tumbuhan dengan menggunakan undang-undang, sehingga terutama hanya akan berguna bagi penyakit yang disebarkan lewat perdagangan. Yang dimaksud dengan tumbuhan (plant) di sini adalah semua atau bagian tumbuhan hidup termasuk di dalamnya biji, dan yang dimaksud dengan hasil tumbuhan (plant product) adalah bahan mentah atau bahan yang telah diolah yang berasal dan tumbuhan, bahkan beberapa negara memasukkan semua faktor yang memungkinkan untuk dipergunakan oleh hama dan penyakit sebagai medium tumbuh ataupun yang mungkin mengalami kontaminasi oleh parasit-parasit, misalnya pembungkus, kompos, tanah, dan lain-lain. Pada umumnya penularan jarak jauh yang efektif dilakukan oleh manusia, baik secara tidak disengaja maupun terbawa bersama dengan bahan tanaman yang dibawa. Sehubungan dengan semakin majunya sistem transportasi, dengan mudah manusia dapat mengangkut bahan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu yang relatif singkat, sehingga bahaya pemasukan organisme pengganggu menjadi lebih besar, dan pemeriksaan kesehatan tumbuhan tidak dapat dilakukan dengan teliti.
2. Pengendalian dengan cara kultur teknis
Untuk mendapatkan
suatu pertanaman yang
sehat, perlu dilakukan pemeliharaan tanaman yang
sebaik-baiknya dimulai sejak
pemilihan lahan, benih,
perlindungan dari serangan
patogen, pemungutan hasil,
sampai dengan pasca panennya. Pemilihan lahan yang tepat
akan sangat menentukan dalam proses budidaya selanjutnya. Pemilihan lahan yang
bebas penyakit dalam arti tanah yang relatif atau sama sekali bebas dan patogen
yang dapat merugikan tanaman yang akan ditanam di tempat
tersebut, hal ini terutama untuk menghindari penyakit-penyakit
bawaan tanah. Tanah yang
belum pernah diusahakan
seri merupakan tanah
yang tidak berpenyakit, sedangkan
tanah bekas hutan
biasanya sudah menyimpan
bibit penyakit apalagi kalau
di tempat tersebut
akan ditanami dengan
tanaman keras. Rotasi dan
pemberoan juga akan
meningkatkan kesuburan tanah sehingga
tanaman akan tumbuh
dengan baik dan
menjadi lebih tahan terhadap penyakit.
Pemeliharaan tanaman yang
baik akan dimulai sejak melakukan pemilihan tempat yang
bebas bibit penyakit,
penyiapan tanah yang
intensif, peningkatan kesuburan
tanah, penyebaran benih yang baik dan benar, pengaturan drainase dan
irigasi, pemeliharaan pertumbuhan
tanaman seperti pemangkasan,
sanitasi, pengaturan jarak tanam,
dll. yang dilakukan
dengan baik, sampai
dengan pemungutan hasil yang
harus hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka, merupakan tindakan yang akan
memperkecil kerugian akibat serangan patogen. Sanitasi lahan dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghilangkan tempat bersarangnya patogen
yang dilakukan dengan mengatur gulma maupun
tanaman pembantu seperti, tanaman
penutup tanah maupun
tanaman pelindung,
membongkar tanaman yang
merupakan inang alternatif
dari patogen, menghilangkan tanaman
sakit yang dapat
menjadi sumber inokulum
sesegera mungkin setelah munculnya
gejala, maupun dengan
menghilangkan bagian tanaman yang
sakit.
3. Pengendalian dengan penggunaan kultivar
tahan
Di alam
sebenarnya sudah terjadi
seleksi ketahanan. Dengan
adanya serangan patogen, genotip-genotip yang
rentan akan musnah,
sehingga yang tersisa hanyalah
genotip-genotip yang tahan
yang dapat mempertahankan diri, berkembang dan
berbiak serta mewariskan
sifat ketahannya kepada
generasi berikutnya. Keturunan ini juga akan mendapatkan serangan dari
patogen dan akan tetap terjadi seleksi
alam, sehingga akan
terjadi keseimbangan yang
dinamis antara tanaman dengan
patogen. Tumbuhan yang sudah mengalami ko-evolusi ini dikenal
dengan nama ras
pribumi (land race)
yang mempunyai ketahanan horizontal yang tinggi.
Seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan, para
pakar Pemulia Tanaman dan Ilmu Penyakit
Tumbuhan dapat melakukan
pemeliharaan, pemilihan,
pembiakan individu-individu yang
tahan, mengadakan hibridisasi,
serta mengadakan infeksi buatan untuk mempercepat proses seleksi,
sehingga diperoleh kultivar yang tahan.
Salah satu kendala upaya memperoleh
kultivar tahan adalah bahwa ketahanan
terhadap suatu penyakit
belum tentu diikuti
pula dengan ketahanan terhadap
penyakit yang lainnya, karena pada umumnya satu pasang gen hanya membawa
ketahanan terhadap satu ras atau satu jenis patogen saja.
4. Pengendalian secara biologi
Pengendalian biologi
adalah merupakan setiap
usaha untuk mengurangi intensitas penyakit
tumbuhan dengan memakai
bantuan satu atau
lebih jasad hidup, selain
tumbuhan inang dan
manusia. Beberapa mekanisme
pengendalian biologi antara lain; (a) Antagonisme. Pada teknik ini usaha
pengendalian dilakukan dengan memanfaatkan
jasad-jasad antagonis yang dapat berperan sebagai musuh alami dari
patogen seperti pemanfaatan
jamur saprofitik yang
mempunyai daya antagonis terhadap
patogen (Trichoderma spp,
Gliocladiurn spp.), penggunaan patogen-patogen yang tidak
virulen, ataupun jasad-jasad sejenis yang bersifat non-patogenik. (b)
Penggunaan Plant growth-promoting rhizobacteria
(PGPR) yaitu suatu jasad
yang mempunyai aktivitas pengendalian
biologis meskipun jasad ini sendiri
tidak berpengaruh secara
langsung terhadap patogen.(c)
Pengimbasan ketahanan
(imunisasi), yaitu suatu
usaha untuk mendapatkan
kultivar tahan dengan menginokulasi tanaman menggunakan jasad ataupun senyawa yang dapat
mengimbas tanaman untuk membentuk suatu
ketahanan terhadap patogen. Jasad
pengimbas dapat berupa patogen yang bersifat avirulen, jasad berbeda
jenis yang bersifat non patogen, metabolit mikrobia, sisa-sisa
tumbuhan, maupun
senyawa-senyawa tertentu yang mampu
bertindak sebagai pengimbas.
5. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi
yang dimaksud di
sini terutama adalah
penggunaan pestisida
(fungisida, bakterisida, nematisida)
untuk mengendalikan patogen tumbuhan. Pengendalian
dengan cara ini memerlukan biaya
yang tinggi, namun kebanyakan petani
lebih menyukai teknik
ini karena hasilnya
segera kelihatan sesaat setelah
aplikasi dan usaha
pengendalian ini dapat
dilakukan oleh tenaga-tenaga
yang kurang terdidik,
serta pengendalian dengan memanfaatkan pestisida tidak bersifat spesifik lokasi.
Pengendalian
patogen dengan pestisida dapat terjadi melalui beberapa mekanisme antara lain;
(a) berpengaruh terhadap
enzim dan protein;
(b) berpengaruh terhadap permeabilitas
membran sehingga akan
menyebabkan gangguan pada metabolisme patogen;
(c) berpengaruh terhadap
sintesis dinding sel
dan pembelahan sel.
6. Pengendalian Penyakit dengan Konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Yang
dimaksud sebagai hama dalam hal ini adalah hama (pest) dalam arti luas yang berarti hama atau
omo (jawa), jadi mencakup hama,
penyakit, maupun gulma. Sejak tahun
1950-an orang mulai
menyadari bahwa usaha
untuk memperoleh pertanaman yang bersih dan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), terlalu mahal dan
selalu menghadapi kegagalan.
Serangga hama dan
jamur manjadi resisten terhadap
pestisida, tanaman yang
tahan menjadi rentan, serta terjadi
epidemi hama dan
penyakit pada pertanaman monokultur. Selain itu
juga diketahui bahwa usaha
pengendalian suatu jasad
pengganggu sering mendorong
berkembangnya jasad pengganggu yang
lain, sehingga disadari bahwa bermacam-macam
jasad pengganggu yang
menyerang pertanaman perlu
dihadapi secara terpadu tanpa
memperhatikan apakah jasad pengganggu tersebut hama, penyakit, ataukah gulma.
Comments
Post a Comment